اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ
اللهِ وَبَرَكَاتُه
(Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh)
Puji Syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa
Ta'ala yang telah memberikan Rahmat, Karunia, Taufik dan Hidayah-nya kepada
kita semua sehingga kita masih dapat hidup di Dunia ini, serta semoga kita
semua selalu mendapat Inayah dan Lindungan dari Allah Subhanahu Wa
Ta'ala. آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ “Aamiin
ya Rabbal'alamin” ...
Shalawat, Salam serta Taslim kepada sang
Revolusioner Dunia, Junjungan Alam Nabi Besar Sayyidina Maulana Muhammad
Shallawlahu ‘Alaihi Wasallam yang telah membimbing kita dari zaman Kegelapan
dan Kebodohan menuju zaman Terang Benerang, sangat jelas perbedaan antara Hak
dan Bathil serta penuh dengan Ilmu Pengetahuan seperti saat ini.
Pada Artikel ini kami akan menjelaskan sedikit tentang Nasionalisme.
Sebelum masuk ke Materi marilah kita membaca Ta‘awuz : أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ “A’udzu
billahi minasy syaithonir rojiim” dan Basmalah : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحيمِ “Bismillahirraahmanirrahiim”
Agar Bacaan yang dibaca menjadi Berkah dan Bermanfaat. آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ “Aamiin
ya Rabbal'alamin” ...
Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme
berasal dari kata ‘nation’ (Inggris) yang berarti bangsa. Ada beberapa tokoh
mengemukakan tentang pengertian Nasionalisme.
1.
Menurut Ernest
Renan: Nasionalisme adalah kehendak untuk bersatu dan bernegara.
2.
Menurut Otto
Bauar: Nasionalisme adalah suatu persatuan perangai atau karakter yang
timbul karena perasaan senasib.
3.
Menurut Hans
Kohn, Nasionalisme secara fundamental timbul dari adanya National
Counciousness. Dengan perkataan lain nasionalisme adalah formalisasi (bentuk)
dan rasionalisasi dari kesadaran nasional berbangsa dan bernegara
sendiri. Dan kesadaran nasional inilah yang membentuk nation dalam arti
politik, yaitu negara nasional.
4.
Menurut L.
Stoddard: Nasionalisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh
sebagian terbesar individu di mana mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai
perasaan memiliki secara bersama di dalam suatu bangsa.
5.
Menurut Dr.
Hertz dalam bukunya yang berjudul Nationality in History and Politics
mengemukakan empat unsur nasionalisme, yaitu:
a.
Hasrat untuk
mencapai kesatuan
b.
Hasrat untuk
mencapai kemerdekaan
c.
Hasrat untuk
mencapai keaslian
d.
Hasrat untuk
mencapai kehormatan bangsa.
6.
Selanjutnya
menurut Louis Sneyder. Nasionalisme adalah hasil dari perpaduan
faktor-faktor politik, ekonomi, sosial, dan intelektual.
Suatu negara
kebangsaan akan menjadi kuat bila timbul nafsu untuk mengembangkan
negaranya. Nafsu untuk berkuasa itu mendorong negara tersebut memperkuat
angkatan perang. Bila telah merasa diri mereka kuat, maka berbagai alasan
dicari-cari sehingga bisa timbul penjajahan yang sesungguhnya. Semangat
dan nafsu untuk berkuasa atas bangsa lain ini merupakan salah satu sebab adanya
kolonialisme dan imperialisme.
Makna Nasionalisme
Makna
Nasionalisme secara politis merupakan manifestasi kesadaran nasional yang
mengandung cita-cita dan pendorong bagi suatu bangsa, baik untuk merebut
kemerdekaan atau mengenyahkan penjajahan maupun sebagai pendorong untuk
membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya.
Kita sebagai
warga negara Indonesia, sudah tentu merasa bangga dan mencintai bangsa dan
negara Indonesia. Kebanggaan dan kecintaan kita terhadap bangsa dan negara
tidak berarti kita merasa lebih hebat dan lebih unggul daripada bangsa dan
negara lain. Kita tidak boleh memiliki semangat nasionalisme yang berlebihan
(chauvinisme) tetapi kita harus mengembangkan sikap saling menghormati,
menghargai dan bekerja sama dengan bangsa-bangsa lain.
Jadi
Nasionalisme dapat diartikan:
1.
Nasionalisme
dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan bangsanya sendiri,
sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya. Sikap seperti ini
jelas mencerai-beraikan bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Keadaan
seperti ini sering disebut chauvinisme.
2.
Sedang dalam
arti luas, nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap
bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain.
Konsep atau Istilah dalam Nasionalisme
Beberapa
konsep atau istilah yang memiliki kaitan atau berhubungan dengan nasionalisme
antara lain sebagai berikut.
1.
Patriotisme
Patriotisme adalah sikap dan perilaku seseorang yang
dilakukan dengan penuh semangat rela berkorban untuk kemerdekaan, kemajuan,
kejayaan, dan kemakmuran bangsa. Seseorang yang memiliki sikap dan perilaku
patriotik ditandai oleh adanya hal-hal sebagai berikut.
a.
Rasa cinta
pada tanah air
b.
Rela
berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara
c.
Menempatkan
persatuan, kesatuan, serta keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi dan golongan
d.
Berjiwa
pembaharu
e.
Tidak mudah
menyerah
Konsep patriotik tidak selalu terjadi dalam lingkup
bangsa dan negara, tetapi juga dalam lingkup sekolah dan desa atau kampung.
Kita mungkin menemukan seorang siswa atau masyarakat berbuat sesuatu yang
mempunyai arti sangat besar bagi sekolah atau bagi lingkungan desa atau
kampung.
2.
Chauvinisme
Chauvinisme adalah rasa cinta tanah air yang berlebihan
dengan mengagungkan bangsa sendiri dan merendahkn bangsa lain. Contoh
Chauvinisme seperti yang dikemukakan oleh Adolf Hitler dengan
kalimat Deutschland Uber Alles in der Welt (Jerman di atas
segala-galanya dalam dunia). Slogan ini kadang masih dipakai di Jerman unutk
memberi semangat pada atlet dalam bertanding. Inggris juga punya slogan Right
or Wrong is My County. Demikian pula Jepang yang menganggap bangsanya
merupakan keturunan Dewa Matahari.
3.
Sukuisme
Sukuisme adalah suatu paham yang memandang bahwa suku
bangsanya lebih baik dibandingkan dengan suku bangsa yang lain, atau rasa cinta
yang berlebihan terhadap suku bangsa sendiri.
Bentuk Dari Nasionalisme
Nasionalisme dapat
menonjolkan dirinya sebagai sebagian paham negara atau gerakan (bukan negara)
yang populer berdasarkan pendapat warganegara, etnis, budaya,
keagamaan dan ideologi. Kategori tersebut lazimnya berkaitan dan
kebanyakan teori nasionalisme mencampuradukkan sebahagian atau semua elemen
tersebut.
Nasionalisme
kewarganegaraan (atau nasionalisme sipil) adalah sejenis nasionalisme
dimana negara memperoleh kebenaran politik dari penyertaan aktif rakyatnya,
"kehendak rakyat"; "perwakilan politik". Teori ini
mula-mula dibangun oleh Jean-Jacques Rousseau dan menjadi bahan-bahan
tulisan. Antara tulisan yang terkenal adalah buku berjudulk Du
Contract Sociale (atau dalam Bahasa Indonesia "Mengenai
Kontrak Sosial").
Nasionalisme
etnis adalah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran
politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat. Dibangun
oleh Johann Gottfried von Herder, yang memperkenalkan konsep Volk (bahasa
Jerman untuk "rakyat").
Nasionalisme
romantik (juga disebut nasionalisme organik, nasionalisme
identitas) adalah lanjutan dari nasionalisme etnis dimana negara memperoleh
kebenaran politik secara semulajadi ("organik") hasil dari
bangsa atau ras; menurut semangat romantisme. Nasionalisme romantik adalah
bergantung kepada perwujudan budaya etnis yang menepati idealisme romantik;
kisah tradisi yang telah direka untuk konsep nasionalisme romantik. Misalnya
"Grimm Bersaudara" yang dinukilkan oleh Herder merupakan koleksi
kisah-kisah yang berkaitan dengan etnis Jerman.
Nasionalisme
Budaya adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran
politik dari budaya bersama dan bukannya "sifat keturunan" seperti warna
kulit, ras dan sebagainya. Contoh yang terbaik ialah
rakyat Tionghoa yang menganggap negara adalah berdasarkan kepada
budaya. Unsur ras telah dibelakangkan di mana golongan Manchu serta
ras-ras minoritas lain masih dianggap sebagai rakyat negara Tiongkok.
Kesediaan dinasti Qing untuk menggunakan adat
istiadat Tionghoa membuktikan keutuhan budaya Tionghoa. Malah
banyak rakyat Taiwan menganggap diri mereka nasionalis Tiongkok sebab
persamaan budaya mereka tetapi menolak RRC karena pemerintahan RRT
berpaham komunisme.
Nasionalisme
Kenegaraan ialah variasi nasionalisme kewarganegaraan, selalu
digabungkan dengan nasionalisme etnis. Perasaan nasionalistik adalah
kuat sehingga diberi lebih keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan.
Kejayaan suatu negeri itu selalu kontras dan berkonflik dengan prinsip
masyarakat demokrasi. Penyelenggaraan sebuah 'national state' adalah suatu
argumen yang ulung, seolah-olah membentuk kerajaan yang lebih baik dengan
tersendiri. Contoh biasa ialah Nazisme, serta nasionalisme Turki kontemporer,
dan dalam bentuk yang lebih kecil, Franquisme sayap-kanan
di Spanyol, serta sikap 'Jacobin' terhadap unitaris dan golongan pemusat
negeri Perancis, seperti juga nasionalisme masyarakat Belgia, yang
secara ganas menentang demi mewujudkan hak kesetaraan (equal rights) dan lebih
otonomi untuk golongan Fleming, dan
nasionalis Basque atau Korsika. Secara sistematis, bila mana
nasionalisme kenegaraan itu kuat, akan wujud tarikan yang berkonflik kepada
kesetiaan masyarakat, dan terhadap wilayah, seperti nasionalisme Turki dan
penindasan kejamnya terhadap nasionalisme Kurdi, pembangkangan di antara pemerintahan
pusat yang kuat di Spanyol dan Perancis dengan nasionalisme Basque, Catalan,
dan Corsica.
Nasionalisme
Agama ialah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi
politik dari persamaan agama. Walaupun begitu, lazimnya nasionalisme etnis
adalah dicampuradukkan dengan nasionalisme keagamaan. Misalnya,
di Irlandia semangat nasionalisme bersumber dari persamaan agama
mereka yaitu Katolik; nasionalisme
di India seperti yang diamalkan oleh pengikut partai BJP bersumber
dari agama Hindu.
Namun demikian,
bagi kebanyakan kelompok nasionalis agama hanya merupakan simbol dan bukannya
motivasi utama kelompok tersebut. Misalnya pada abad ke-18, nasionalisme
Irlandia dipimpin oleh mereka yang menganut agama Protestan. Gerakan
nasionalis di Irlandia bukannya berjuang untuk memartabatkan teologi semata-mata.
Mereka berjuang untuk menegakkan paham yang bersangkut paut dengan Irlandia
sebagai sebuah negara merdeka terutamanya budaya Irlandia. Justru itu,
nasionalisme kerap dikaitkan dengan kebebasan.
Demikian Artikel mengenai Pengertian Nasionalisme, Makna, Konsep serta Bentuknya,
kita akhiri dengan mebaca Hamdallah : اَ الحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ “Alhamdulillahirabbil
’Alamin”.
comment 0 Post a Comment
more_vert