MASIGNASUKAv102
6998101287389560820

5 Metrik Penting untuk Mengukur Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

5 Metrik Penting untuk Mengukur Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Add Comments
2/16/2023

 

Penjelasan Lengkap 5 Metrik Penting untuk Mengukur Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
5 Metrik Penting untuk Mengukur Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

(Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh)

Puji Syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang telah memberikan Rahmat, Karunia, Taufik dan Hidayah-nya kepada kita semua sehingga kita masih dapat hidup di Dunia ini, serta semoga kita semua selalu mendapat Inayah dan Lindungan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala. آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ “Aamiin ya Rabbal'alamin” ...

 

Shalawat, Salam serta Taslim kepada sang Revolusioner Dunia, Junjungan Alam Nabi Besar Sayyidina Maulana Muhammad Shallawlahu ‘Alaihi Wasallam yang telah membimbing kita dari zaman Kegelapan dan Kebodohan menuju zaman Terang Benerang, sangat jelas perbedaan antara Hak dan Bathil serta penuh dengan Ilmu Pengetahuan seperti saat ini.

 

Pada Artikel ini kami akan membahas 5 Metrik Penting untuk Mengukur Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Sebelum masuk ke Materi marilah kita membaca Ta‘awuz : أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ “A’udzu billahi minasy syaithonir rojiim” dan Basmalah : بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم “Bismillahirraahmanirrahiim” Agar Bacaan yang dibaca menjadi Berkah dan Bermanfaat. آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ “Aamiin ya Rabbal'alamin” ...


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan hal yang sangat penting dalam setiap operasi perusahaan. Budaya K3 yang kuat dapat membantu organisasi untuk memastikan keselamatan dan kesehatan para karyawan, serta mencegah terjadinya insiden yang dapat membahayakan kehidupan dan kesehatan karyawan. Oleh karena itu, penting bagi organisasi untuk dapat mengukur sejauh mana budaya K3 sudah diterapkan dan berhasil diimplementasikan. Berikut ini adalah lima metrik penting yang dapat membantu organisasi untuk mengukur budaya K3 mereka dengan lebih efektif.

 

1. Tingkat Kecelakaan Kerja

Metrik pertama yang perlu diukur adalah tingkat kecelakaan kerja. Menurut data dari Kementerian Ketenagakerjaan RI, jumlah kecelakaan kerja di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 83.186 kasus, dan 3.149 di antaranya mengakibatkan kematian. Oleh karena itu, tingkat kecelakaan kerja dapat memberikan gambaran umum tentang kinerja K3 dalam organisasi, serta menunjukkan apakah program K3 yang ada sudah efektif atau belum. Tingkat kecelakaan kerja juga dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk mengukur efektivitas program K3 yang diterapkan.

 

2. Tingkat Penerimaan Karyawan terhadap K3

Metrik kedua yang perlu diperhatikan adalah tingkat penerimaan karyawan terhadap program K3. Hal ini penting untuk menentukan sejauh mana karyawan menganggap K3 sebagai prioritas. Jika karyawan tidak memperhatikan program K3, maka kemungkinan besar budaya K3 tidak akan terbentuk dengan baik. Oleh karena itu, pengukuran tingkat penerimaan karyawan terhadap program K3 dapat memberikan informasi yang penting tentang apakah program K3 yang diterapkan telah berhasil membangun budaya K3 yang kuat.

 

3. Tingkat Keterlibatan Karyawan

Metrik ketiga yang perlu diperhatikan adalah tingkat keterlibatan karyawan dalam program K3. Karyawan yang aktif terlibat dalam program K3 cenderung lebih memperhatikan aspek-aspek keselamatan dan kesehatan kerja, dan secara aktif mempraktikkan perilaku yang sesuai. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengukur tingkat keterlibatan karyawan dalam program K3 untuk mengetahui sejauh mana karyawan berpartisipasi dalam program dan seberapa sering mereka melaporkan masalah atau risiko K3.

 

4. Tingkat Pelaporan Insiden K3

Metrik keempat yang perlu diperhatikan adalah tingkat pelaporan insiden K3. Jika karyawan merasa nyaman melaporkan insiden K3 tanpa takut akan sanksi, maka perusahaan dapat dengan mudah menangani masalah K3 yang terjadi di tempat kerja. Oleh karena itu, penting untuk mengukur tingkat pelaporan insiden K3 untuk mengetahui seberapa sering karyawan melaporkan masalah K3 dan seberapa sering masalah tersebut diatasi dengan baik.

 

5. Tingkat Kepatuhan Terhadap Prosedur K3

Metrik kelima dan terakhir yang perlu diperhatikan adalah tingkat kepatuhan terhadap prosedur K3. Hal ini penting untuk mengetahui seberapa sering karyawan mematuhi prosedur K3 yang telah ditetapkan, sehingga perusahaan dapat mengevaluasi seberapa baik program K3 telah diterapkan dan memberikan pengaruh terhadap karyawan. Tingkat kepatuhan karyawan terhadap prosedur K3 yang telah ditetapkan dapat membantu perusahaan untuk mengevaluasi efektivitas program K3 yang telah dijalankan.

 

Jika tingkat kepatuhan karyawan rendah, maka perusahaan perlu mengevaluasi kembali program K3 yang telah dijalankan, serta memperbaiki sistem yang ada untuk memastikan bahwa karyawan memahami pentingnya program K3 dan mematuhi prosedur K3 yang telah ditetapkan.

 

Dalam mengukur tingkat kepatuhan terhadap prosedur K3, perusahaan dapat menggunakan berbagai metode, seperti observasi langsung, audit keselamatan, atau kuesioner. Perusahaan juga dapat menggunakan sistem pelaporan insiden K3 untuk mengevaluasi tingkat kepatuhan karyawan terhadap prosedur K3.

 

 

Dalam kesimpulannya, lima metrik penting di atas dapat membantu organisasi untuk mengukur sejauh mana budaya K3 telah diterapkan dan berhasil diimplementasikan. Dengan memperhatikan lima metrik tersebut, perusahaan dapat mengidentifikasi kelemahan dalam program K3 dan memperbaiki sistem yang ada untuk meningkatkan budaya K3 dalam organisasi.

 

 

Referensi:

·      K. Li, K. W. Chau, and T. Li, "Assessing safety culture in construction industry," Journal of Construction Engineering and Management, vol. 140, no. 10, 2014.

·      M. S. S. Chowdhury, M. R. Islam, and M. Hossain, "Assessment of safety culture in the construction industry in Bangladesh," International Journal of Construction Engineering and Management, vol. 2, no. 1, 2013.

·      J. C. H. Chan and F. F. Y. Ting, "Measuring safety culture of construction sites in Hong Kong," Journal of Construction Engineering and Management, vol. 132, no. 10, 2006.

·      M. Han and M. S. Lee, "Measuring safety culture of construction sites in Korea," Journal of Construction Engineering and Management, vol. 141, no. 7, 2015.

·      C. D. Brown, "Measuring safety culture: A review of the literature," Journal of Safety Research, vol. 38, no. 2, 2007.

·      M. R. Abdulrahman, A. J. Abdul-Rahman, and M. A. Yahya, "A review on safety culture in construction industry," Journal of Engineering, Design and Technology, vol. 11, no. 4, 2013.

·      Occupational Safety and Health Administration (OSHA), "Safety and health program management guidelines," United States Department of Labor, 2016.

·      International Labour Organization (ILO), "OSH management systems: A tool for continual improvement," International Labour Office, Geneva, 2001.

 


Demikian Artikel mengenai 5 Metrik Penting untuk Mengukur Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), kita akhiri dengan membaca Hamdallah : الحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ “Alhamdulillahirabbil ’Alamin”.