MASIGNASUKAv102
6998101287389560820

Penjelasan Lengkap Zat Aditif (Kimia) dalam Bahan Makanan

Penjelasan Lengkap Zat Aditif (Kimia) dalam Bahan Makanan
Add Comments
11/08/2019


Zat Aditif (Kimia) dalam Bahan Makanan

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
(Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh)
Puji Syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang telah memberikan Rahmat, Karunia, Taufik dan Hidayah-nya kepada kita semua sehingga kita masih dapat hidup di Dunia ini, serta semoga kita semua selalu mendapat Inayah dan Lindungan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala. آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ “Aamiin ya Rabbal'alamin” ...

Shalawat, Salam serta Taslim kepada sang Revolusioner Dunia, Junjungan Alam Nabi Besar Sayyidina Maulana Muhammad Shallawlahu ‘Alaihi Wasallam yang telah membimbing kita dari zaman Kegelapan dan Kebodohan menuju zaman Terang Benerang, sangat jelas perbedaan antara Hak dan Bathil serta penuh dengan Ilmu Pengetahuan seperti saat ini.

Pada Artikel ini kami akan menjelaskan mengenai Zat Aditif (Kimia) dalam Bahan Makanan. Sebelum masuk ke Materi marilah kita membaca Ta‘awuz : أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ “A’udzu billahi minasy syaithonir rojiim” dan Basmalah : بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم “Bismillahirraahmanirrahiim” Agar Bacaan yang dibaca menjadi Berkah dan Bermanfaat. آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ “Aamiin ya Rabbal'alamin” ...


ZAT ADITIF
Zat aditif adalah obat dan bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi oleh organisme hidup, dapat menyebabkan kerja biologi terganggu dan menyebabkan ketergantungan atau kecanduan yang sulit untuk berhenti dan memiliki efek ingin menggunakannya terus-menerus. Jika berhenti, akan menimbulkan efek lelah nyeri yang luar biasa.

Zat Aditif adalah zat yang sering ditambahkan dengan sengaja untuk makanan dalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk meningkatkan penampilan, rasa, tekstur dan memperpanjang umur simpan. Selain itu dapat meningkatkan nilai gizi seperti protein, mineral dan vitamin. Penggunaan aditif makanan telah digunakan sejak zaman kuno. Ada dua tambahan makanan, yaitu aditif makanan alami dan buatan atau sintetis. Setelah penggunaan zat aditif makanan yang disajikan biasanya lebih menarik, baik rasa, penampilan dan konsistensi, makanan yang biasanya tersedia, sebagian besar tidak memiliki bentuk yang menarik meskipun memiliki kandungan gizi yang tinggi.


JENIS – JENIS ZAT ADITIF (KIMIA) YANG DIGUNAKAN DALAM BAHAN MAKANAN
Aditif makanan dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok tergantung pada peranannya terhadap makanan, antara lain:
1.        Zat Penguat rasa
Kristal monosodium glutamat digunakan sebagai penambah rasa, Monosodium Glutamate (MSG) sebagai penambah rasa yang umum digunakan makanan olahan dan juga untuk rasa makanan. Adapun enhancer rasa alami termasuk cengkeh, pala, merica, cabai, lengkuas, kunyit, ketumbar. Contoh penguat rasa buatan adalah monosodium glutamat / MSG, asam asetat, benzaldehida, amil asetat.

2.        Zat Pemanis
Pemanis buatan biasanya digunakan untuk membantu mempertajam rasa manis. Beberapa jenis pemanis buatan yang digunakan adalah sakarin, siklamat, dulsin, sorbitol dan aspartam. Pemanis buatan juga dapat mengurangi risiko diabetes, namun siklamat merupakan zat karsinogenik.

3.        Zat Pengawet
Pengawet adalah bahan kimia yang dapat menghambat kerusakan makanan karena bakteri serangan, ragi, jamur. Reaksi kimia yang harus dikendalikan adalah reaksi oksidasi, pencoklatan (browning) dan reaksi enzimatik lainnya. Melestarikan makanan sangat menguntungkan karena produsen dapat menyimpan kelebihan bahan makanan yang tersedia dan dapat digunakan lagi ketika musim ramping tiba. Contoh bahan pengawet adalah natrium benzoat, natrium nitrat, asam sitrat, formalin, dan asam sorbat.

4.        Zat Pewarna
Warna dapat meningkatkan dan memberikan daya tarik untuk makanan. Penggunaan pewarna dalam bahan makanan dimulai pada akhir 1800, pewarna tambahan asal alami seperti kunyit, daun pandan, beras ragi merah, daun suji, coklat, wortel, dan karamel. Pewarna sintetik ditemukan oleh William Henry Perkins tahun 1856, adalah pewarna lebih stabil dan tersedia dengan berbagai warna.

Pewarna sintetis yang digunakan sejak tahun 1956 dan saat ini ada sekitar 90% zat warna buatan digunakan untuk industri makanan. Salah satu contoh adalah Tartrazin. Tartrazin merupakan pewarna makanan buatan yang memiliki banyak pilihan warna, termasuk Tartrazin CI 19140. Selain itu ada juga pewarna buatan, seperti sunset yellow FCF (orange), karmoisin (Red), brilian biru FCF (biru).

5.        Zat Pemutih
Penggunaan zat aditif ini untuk mempercepat proses pemutihan serta pematangan pada tepung sehingga dihasilkan mutu pemanggangan yang lebih baik. Contoh dari zat pemutih ini adalah: aseton peroksida, asam askorbat, serta kalium bromat.

6.        Anti oksidan
Zat aditif ini dapat mencegah atau menghambat oksidasi. Contoh: Asam askorbat (bentukan garam kalium, natrium, dan kalium), digunakan pada daging olahan, kaldu, dan buah kalangan.

7.        Zat Pengatur Keasaman
Zat aditif ini dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman makanan. Contoh: asam asetat, aluminium amonium sulfat, amonium bikarbonat, asam klorida, asam laktat, asam sitrat, asam tentrat, dan natrium bikarbonat.

8.        Zat Pengeras
Zat aditif ini dapat memperkeras atau mencegah melunaknya makanan. Contoh: aluminium amonium sulfat (pada acar ketimun botol), dan kalium glukonat (pada buah kalangan).

9.        Zat Pengental
Pengental yaitu bahan tambahan yang digunakan untuk menstabilkan, memekatkan atau mengentalkan makanan yang dicampurkan dengan air, sehingga membentuk kekentalan tertentu. Contoh pengental adalah pati, gelatin, dan gum (agar, alginat, karagenan).

10.    Zat Pengemulsi
Pengemulsi (emulsifier) adalah zat yang dapat mempertahankan dispersi lemak dalam air dan sebaliknya. Pada mayones bila tidak ada pengemulsi, maka lemak akan terpisah dari airnya. Contoh pengemulsi yaitu lesitin pada kuning telur, Gom arab dan gliserin.


DAMPAK PENGGUNAAN ZAT ADITIF (KIMIA) DALAM BAHAN MAKANAN BAGI TUBUH MANUSIA
Makanan yang sehat belum tentu makanan yang memiliki rasa lezat, dengan bentuk dan warna yang menarik, serta aroma yang menggoda. Karena sehat-tidaknya makanan tidak ditentukan oleh bentuk, rasa dan aromanya, tapi dari kadar gizi dan zat-zat lainnya yang diperlukan oleh tubuh.

Persoalannya, sehat saja masih dirasa belum cukup untuk sebuah makanan, tapi juga harus berasa lezat, berbentuk menarik, dan beraroma menggoda. Untuk itulah disaat mengolah, banyak orang yang cenderung memberikan bahan-bahan tambahan pada makanan yang diolah, agar mendapatkan rasa, bentuk dan aroma sebagaimana yang diinginkan. Bahan-bahan tambahan yang disertakan saat mengolah makanan itulah yang disebut zat aditif.

Dengan diizinkannya penggunaan zat aditif dalam industri makanan oleh pemerintah lewat BPOM, serta dijual bebas dan digunakan oleh masyarakat secara luas, menjadi satu pertanda bahwa zat aditif boleh dikonsumsi sepanjang tidak berlebihan atau sesuai dengan aturan yang tercantum pada etiket penggunaan. Gaya hidup sehat yang dapat kita lakukan paling mudah adalah menghindari makanan yang mengandung zat aditif.

Namun demikian, sesedikit apapun, yang namanya zat kimia tetap saja memberi dampak negatif bagi kesehatan tubuh. Dampak negatif dari zat aditif tersebut diantaranya adalah:
1.        Penggunaan sakarin sebagai pemanis buatan secara berlebihan, dapat merangsang tumbuhnya sel-sel tumor kandung kemih.
2.        Penggunaan garam siklamat dapat membuat proses metabolisme tubuh menghasilkan senyawa sikloheksamina, dimana senyawa ini dapat menjadi penyebab penyakit kanker, dan mengganggu sistem pencernaan.
3.        Formalin dan boraks yang sebenarnya merupakan bahan pengawet non-pangan namun masih sering dipakai untuk mengawetkan makanan, menimbulkan dampak yang kompleks bagi kesehatan, diantaranya: gangguan sistem syaraf, pendarahan di lambung, komplikasi pada otak, gagal ginjal, dan berbagai jenis penyakit lainnya yang menyerang organ  otak, hati, ginjal, serta kulit.
4.        Monosodium Glutamat (MSG) atau vetsin dapat menyebabkan “Chinese Restaurant Syndrome”, yaitu rasa sakit pada bagian kepala, seperti kepala berdenyut serta pusing. Selain itu juga dapat merusak jaringan syaraf, trauma, stress, hipertensi, depresi, alergi kulit dan mempercepat penuaan.
5.        Zat sulfit serta turunannya merupakan pemicu serangan asma.
6.        Hampir semua jenis zat aditif pewarna dapat memicu terjadinya reaksi anapilaksis, yakni reaksi terhadap alergi yang akut dengan disertai shock secara tiba-tiba.
7.        Zat nitrat dengan berbagai macam variasinya merupakan pemicu terjadinya reaksi gatal-gatal dan munculnya bilur-bilur pada kulit.
8.        Natamysin untuk mengawetkan makanan dapat menyebabkan mual dan muntah, diare, dan menurunnya nafsu makan.
9.        Kalium Asetat pada zat pengawet dapat menjadi penyebab rusaknya fungsi ginjal.
10.    Kalsium Benzoat pada zat pengawet dapat memicu serangan asthma.
11.    Kalsium dan Natrium propionate yang digunakan secara berlebihan, dapat menjadi peyebab penyakit migren, sulit tidur dan kelelahan.
12.    Rhodamin B pada zat pewarna dapat menyebabkan kanker, keracunan paru-paru, dan penyakit pada hidung, tenggorokan, serta usus.
13.    Sunset Yellow pada zat pewarna dapat merusak kromosom.
14.    Quinoline Yellow pada pewarna makanan, mengakibatkan hyperplasian, hypertrophy, dan carcinomas kelenjar tiroid.
15.    Carmoisine pada zat pewarna, menjadi penyebab kanker hati serta menimbulkan alergi.
16.    Natrium metasulfat untuk pengawet makanan, dapat menyebabkan alergi kulit.
17.    Ponceau 4R untuk pewarna makanan bisa menimbulkan anemia serta kepekatan hemoglobin.
18.    Nitrit dan Nitrat pada pengawet makanan, dapat menimbulkan keracunan, sulit bernapas, mengurangi kemampuan sel darah dalam membawa oksigen ke organ-organ tubuh, anemia, radang ginjal, sakit kepala, dan muntah-muntah.
19.    Siklamat pada zat pemanis, menjadi penyebab penyakit kanker (karsinogenik).
20.    Sakarin pada zat pemanis dapat menimbulkan infeksi serta kanker kandung kemih
21.    Aspartan sebagai pemanis buatan, adalah penyebab gangguan saraf dan tumor otak.
22.    Sulfur Dioksida pada zat pengawet, dapat mennyebabkan luka lambung, serangan asma, kanker, alergi, serta mutasi genetic.
23.    CFC dan Tetrazine pada zat pewarna bisa merusak organ ginjal, hati serta meningkatkan risiko hiperaktif pada anak-anak.


CARA MENGENALI BAHAN MAKANAN YANG MENGANDUNG ZAT ADITIF (KIMIA)
Dari hasil pengambilan sampel rutin yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI dalam beberapa tahun terakhir, ada empat jenis bahan berbahaya yang sering disalahgunakan dalam makanan, yakni formalin, boraks, pewarna rhodamin B, dan methanyl yellow.

Sebenarnya, tanpa melakukan uji laboratorium agak sulit menentukan apakah bahan makanan yang dijual aman atau bebas dari bahan kimia berbahaya.

Namun, menurut Chandra Irawan, staf pengajar dari Akademi Kimia Analisis Bogor, secara umum kita dapat mengenali makanan yang mengandung zat berbahaya dari bentuk fisiknya, seperti warna, tekstur, dan rasa.

1.        Ciri makanan berformalin
·      Mie basah berformalin: Tidak lengket, lebih mengilap, tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar, dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (10 derajat celsius).
·      Tahu berformalin: Teksturnya terlampau keras, kenyal tetapi tidak padat. Tidak rusak sampai 3 hari dalam suhu kamar dan bisa tahan 15 hari dalam kulkas.
·      Ikan berformalin: Warna insang merah tua tidak cemerlang, bukan merah segar, dan warna daging ikan putih bersih. Tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar.
·      Ikan asin berformalin: Bersih cerah dan tidak berbau khas ikan asin. Tidak dihinggapi lalat di area berlalat, tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu 25 derajat celsius.
·      Bakso berformalin: Teksturnya sangat kenyal, tidak rusak sampai 2 hari pada suhu kamar.
·      Ayam berformalin: Teksturnya kencang, tidak disukai lalat, tidak rusak sampai 2 hari pada suhu kamar.

2.        Ciri makanan mengandung boraks
·      Mie basah: Teksturnya kental, lebih mengilat, tidak lengket, dan tidak cepat putus.
·      Bakso: Teksturnya sangat kental, warna tidak kecoklatan seperti penggunaan daging, tetapi lebih cenderung keputihan.
·      Snack: Misalnya lontong, teksturnya sangat kenyal, berasa tajam, sangat gurih, dan memberikan rasa getir.
·      Kerupuk: Teksturnya renyah dan bisa menimbulkan rasa getir.

3.        Ciri makanan menggunakan pewarna rhodamin B dan methanyl yellow
·      Warnanya mencolok
·      Cerah mengilap
·      Warnanya tidak homogen (ada yang menggumpal)
·      Ada sedikit rasa pahit
·      Muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsinya


Demikian Artikel mengenai Penjelasan Lengkap Zat Aditif (Kimia) dalam Bahan Makanan, kita akhiri dengan mebaca Hamdallah : الحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ “Alhamdulillahirabbil ’Alamin”.